www.novelkaskus.com Disini Saya Kumpulkan Novel Story dan Cerita-cerita dari Kaskus

Sepasang Kaos Kaki Hitam #Part 34

Sepasang Kaos Kaki Hitam #Part 34












Part 34

Akhirnya kontrak magang gw berakhir dan kini gw berganti status jadi karyawan tetap. Nggak ada perbedaan mencolok memang, tapi sekarang gw mulai memikirkan untuk membangun kehidupan gw di kota ini. Keluarga di rumah menyambut kabar baik ini dengan antusias. Mereka, terutama nyokap, meminta gw pulang sekedar bertemu dan sedikit syukuran. Gw belum tau pasti bisa atau nggak nya, karna terkait jarak yg nggak memungkinkan gw mudik memanfaatkan weekend yg cuma 2 hari. Maka gw sudah memutuskan mengambil cuti pada akhir tahun nanti. Gw juga sudah kangen karena lebaran kemarin gw nggak mudik.

Dan nggak kerasa perkembangan karir masing-masing penghuni kosan atas juga berkembang pesat. Indra sudah jadi foreman muda yg potensial. Baru tiga bulan menempati posisi itu dia mulai dipertimbangkan untuk merangsek naik ke supervisor. Keren! Kadang gw pengen seperti dia yg karirnya begitu cepat naik.

Dan Meva, dia tetap jadi mahasiswi yg rajin. Sejak terakhir dia menusukkan jarum ke tangan, dia nggak pernah lagi melakukan hal-hal ekstrem. Yah minimal gw nggak pernah memergoki dia melakukannya. Entah kalau di belakang gw seperti apa. Tapi gw nggak melihat ada balutan perban di bagian tubuhnya, tanda dia nampaknya memang nggak melakukan lagi kebiasaan anehnya.

Dan satu malam menjelang penghujung Desember...

Gw sedang membenahi pakaian yg akan gw bawa untuk pulang kampung besok ketika pintu kamar terbuka dan masuklah Meva dengan senyum tipis seperti biasanya.

"Lo jadi balik besok?" tanyanya.

Gw menoleh sebentar lalu mengangguk. Gw masih berkutat dengan beberapa lembar pakaian di tangan gw.

"Ini oleh-oleh buat keluarga di rumah ya?" Meva menunjuk dua kardus kecil.

"Iya," jawab gw pendek.

Meva berjalan dan duduk di dekat gw. Dia menatap gw seperti ada yg mau dibicarakan.

"Enak ya kayaknya mudik?" kata dia.

"Emang lo ngga pernah mudik gitu Va?" tanya gw.

"Sampe sekarang sih belum."

"Ya udah atuh balik.. Indra juga mau balik katanya pas tahun baru. Lo bakal sendirian lho."

Meva tersenyum lagi.

"Gw udah biasa sendirian," katanya pelan. "Dan mungkin memang takdir gw buat selalu sendiri."

"Emh..maaf. Gw nggak bermaksud bikin lo ngerasa gitu. Gw cuma..."

"Enggak papa nyantai aja lagi. Gw bukan orang yg mudah tersinggung."

"Iya tapi lo satu-satunya orang yg mudah banget ngasih tamparan ke gw."

Dia tertawa.

"Enggak ah, baru juga sekali!"

"Oiya? Kok kalo gw liat dari hasil rekap punya pipi gw, hasilnya beda? Seenggaknya udah tiga kali gw merasakan belaian lembut tangan lo."

Meva nyengir. Dia mengusapi pipi gw tapi buru-buru gw tepis. Gw takut tiba-tiba belaiannya berubah jadi tamparan keras yg bikin gigi gw rontok.

"Emang gw se mengerikan itu ya?" katanya.

"Enggak kok gw cuma waspada aja," tandas gw yakin.

Gw sudah selesai mengepaki tas dan menaruhnya di samping tumpukan kardus oleh-oleh.

"Sip. Beres," gumam gw setelah mengecek lagi persiapan balik besok.

"Ri, berapa hari lo mudik?" tanya Meva.

"Emmh..sampe tanggal 2 bulan depan. Sekitar seminggu lah."

"Lama donk? Gw ngga ada lawan maen catur deh."

"Seminggu doank kok."

Meva menyandarkan punggung ke dinding kamar. Dia menarik nafas berat dan mengembuskannya pelan.

"Lo kenapa Va?" tanya gw. "Kayaknya malem ini mood lo jelek?"

Meva menggeleng.

"Enggak juga," jawabnya. "Gw cuma sedih."

"Sama aja dodol! Emang sedih napa? Kesepian ya ditinggal sama gw?"

Meva tertawa kecil.

"Itu cuma salahsatunya aja."

Gantian gw yg tertawa.

"Lo pasti udah jatuh cinta sama gw ya?" goda gw.

Meva nyengir lebar. Kedua pipinya bersemu merah.

"Enggak ah. Gw takut patah hati kalo jatuh cinta sama lo."

"Kenapa takut? Gw nggak bakal nolak lo kok," ujar gw. "Kalo lo jadi cewek gw, minimal tiap hari gw akan dapet makan gratis."

"Kurang ajar! Cowo matre ya lo ternyata.." dia memukul bahu gw.

Gw tertawa.

"Emang kenapa sih lo sedih?" tanya gw lagi.

"Besok malem Natal, Ri."

Gw kernyitkan dahi.

"Kenapa mesti sedih? Bukannya lo seneng ya?"

Meva menggeleng.

"Ini Natal ke tujuh yg harus gw lalui tanpa ada seorangpun di samping gw."

"Hah? Kok bisa gitu??"

"Terlalu rumit buat gw ceritakan."

"Oke, lo nggak perlu cerita sekarang. Tapi gw akan dengan senang hati denger cerita lo nanti. Kapanpun lo mau cerita."

Meva tersenyum untuk kesekian kalinya.

"Thanks Ri."

Gw mengangguk.

"No problem."

Gw menggeliat malas lalu rebahkan badan di kasur.

"Va," panggil gw. "Boleh gw minta sesuatu?"

"Iya?"

Gw menepuk kasur di sebelah gw.

"Malem ini lo tidur di sini ya?" kata gw. "Temenin gw malem ini."

Sejenak Meva diam.

"Lo nggak ada niat buruk ke gw kan?" tanyanya ragu.

"Lo boleh nolak kalo memang nggak mau."

Meva tersenyum lebar.

"Lo pasti udah tau jawaban gw," katanya.

"Lo mau kan?"

Meva tersenyum lagi.

"Lo emang ngerti banget gw Ri."

"Jadi?"

"Gw E-N-G-G-A-K M-A-U!!"

Dia mencibir lalu bergegas keluar dan membanting pintu meninggalkan gw sendirian di dalam kamar.



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by sesuhay, Published at 16.18.00 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar