www.novelkaskus.com Disini Saya Kumpulkan Novel Story dan Cerita-cerita dari Kaskus

Sepasang Kaos Kaki Hitam #Part 45

Sepasang Kaos Kaki Hitam #Part 45






















Part 45

 

"Ciiiiieeeeeeeee..!!" suara Meva terdengar Cumiakan sebelah telinga gw. Dia bergelayutan di punggung gw, nyaris membuat gw terpelanting ke belakang. Untung gw masih bisa meraih gagang pintu.

"Udah gede ya lo sekarang," katanya mengacak rambut gw. "Udah ngerti pacaran."

"Ekh...tokh...log....tagam..lokh...." leher gw tercekik. Kayaknya gw udah deket sama malaikat pencabut nyawa.

"Ups, sorry." Meva melepaskan tangannya dari leher gw.

"Lo mau ngebunuh gw ya??" gw usapi leher gw yg memerah.

"Hehehe.." Meva malah tertawa tanpa rasa bersalah. Eh, lebih tepatnya bodoh. "Dia ke mana? Udah balik?"

"Udah, baru aja tuh."

Gw buka pintu kamar. Dan Meva menyelinap mendahului gw masuk. Ketika dilihatnya barang miliknya tergeletak di kasur, buru-buru dia ambil dan sembunyikan di balik badannya. Dia nyengir lebar.

"Kok bisa ada di luar sih? Perasaan gw taro di dalem kamer mandi deh," katanya malu.

"Gw yg ngeluarin," kata gw bohong.

"Hah? Buat apaan?"

"Apa yak? Sedikit berimajinasi aja siih."

"Whats? Maksud loe??" dua mata Meva melotot ke gw.

Gw tertawa lebar.

"Laen kali jangan gantung barang-barang kayak gitu di kamer mandi gw."

"Iya iya sorry gw lupa tadi mah."

"Pikun lo. Kalo aja kepala nggak nempel di leher, kayaknya sekarang lo lagi sibuk nyariin kepala lo deh. Sekarang lo cocok dipanggil Nenek Meva deh.."

"Enak aja! Nggak mau!"

Gw duduk di samping galon. Membuka bungkusan mie ayam yg belum sempat gw makan.

"Ri," kata Meva. "Tadi kayaknya Lisa nggak suka ya sama gw?"

"Kata sapa? Dia fine-fine aja kok. Malah sering nanya soal lo." Gw bohong lagi.

"Masa? Tapi tadi nggak gitu deh yg gw liat."

"Lo mah liat semut aja dibilang gajah."

"Ih, serius gw Ri!" Meva ngotot. "Tadi itu keliatan banget dia nggak suka sama gw."

"Terus kenapa? Itu hak dia kan? Sama kayak elo, lo juga berhak buat nggak suka sama dia.."

"Ah, enggak ah. Entar lo nya marah sama gw."

"Marah kenapa? Nggak ada hubungannya sama gw."

"Ya ada lah! Lo kan pacarnya!"

"Udah berapa kali sih gw bilang dia itu bukan siapa-siapa gw."

"Enggak... Mata lo. Gw bisa baca hati lo, dari tatapan mata lo."

"Wah, jangan-jangan lo bisa liat tembus pandang lagi?"

Meva tertawa.

"Ngawur lo," katanya.

Hampir setengah mangkok mie sudah gw habiskan.

"Oiya, si Indra mana? Kok sekarang dia jarang keliatan ya?" tanya Meva.

"Lagi sibuk dia.. Namanya juga orang penting."

"Eh iya ya, dia sekarang udah jadi bos."

"Begitulah."

"Lo gimana? Kapan lo jadi bos? Perasaan gw liat lo nggak ada bosennya jadi anak buah."

"Haha.. Enggak papa deh. Belum waktunya kali. Biar aja, kalo gw emang takdirnya jadi orang gede ya nggak akan kemana. Kalo enggak, ya itu berarti gw emang nggak punya bakat jadi orang sukses."

Meva tertawa lagi.

"Eh eh, balik ke topik semula!" katanya lagi. "Soal Lisa!"

Gw meliriknya sebentar. Kayaknya hari ini Lisa jadi trending topic.

"Udah berapa lama kalian jadian?"

"Udah berapa lama gw bilang kalo gw sama dia nggak punya hubungan khusus?"

"Ah, sejak kapan lo jadi pembohong?"

"Dan sejak kapan lo jadi o-o-n?"

Meva mencibir.

"Gw tau kok Ri, lo suka kan sama dia?"

"Tau dari mana?"

"Kayak yg udah gw bilang, gw bisa baca pandangan mata lo."

"Kalo gitu sama kayak yg gw bilang, apa lo bisa liat gw tembus pandang?"

"Enggak bisa!"

"Oooh..." gw mengangguk pelan. "Kalo gw bisa."

"Hah?? Asli nggak??" Meva menarik selimut di kasur menutupi badannya.

Gw terkikih.

"Jadi selama ini...loe..."

"Enggak lah! Gw becanda! Punya ilmu dari mana sih gw bisa liat kayak gituan? Hehe.."

"Oh, kirain!" dia melempar selimut ke kasur.

Mie sudah habis. Meskipun rasanya agak sedikit aneh dan lembek gara-gara terlalu lama didiamkan, perut gw lumayan kenyang.

"Oiya, kan lo bilang tadi bisa baca isi hati orang dari tatapan matanya?" kata gw. Meva mengangguk. "Kalo gitu coba tebak isi hati gw, dari cara gw ngeliat loe. Bisa?"

Sejenak gw dan Meva saling adu pandang.

"Gw tau yg lo pikirin," katanya.

"Apa coba?"

Dia tersenyum.

"Ada deeh....." kata Meva lagi.

"Jiaah, dasar. Bilang aja nggak bisa."

Malam baru saja beranjak datang. Masih terlalu sore buat gw tidur. Dan waktu Meva mengajukan usul maen catur, tanpa ragu gw setujui usulnya. Kebetulan akhir-akhir ini kami memang jarang tanding catur lagi. Dan rupanya Meva makin jago aja.

Berkali-kali menteri gw diteror, nyaris mati kalau saja gw nggak mengorbankan dua luncur yg gw punya untuk menyelamatkannya. Meva juga punya strategi baru. Dia secara frontal mengejar menteri gw dan membuatnya tersudut, sangat berambisi memakannya.

Daaan......hasil pertandingan malam ini adalah : 5-0 !! YESSS !!! Gw kalah lagi !!

Saking kecewanya gw sampe lupa kalo gw belum mandi dari sore.

Huaah...malam ini kerasa panjang banget. Gw baru selesai maen catur pas jam setengah duabelas malam. Sempat gitar-gitaran juga sebelum akhirnya gw beranjak ke kasur.

Satu hal yg gw sadari malam itu adalah, gw nggak pernah bisa ngalahin Meva maen catuur !!



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by sesuhay, Published at 09.26.00 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar