www.novelkaskus.com Disini Saya Kumpulkan Novel Story dan Cerita-cerita dari Kaskus

Sepasang Kaos Kaki Hitam #Part 44

Sepasang Kaos Kaki Hitam #Part 44


















Part 44

 

Gw baru beberapa langkah keluar dari gerbang ketika dari belakang terdengar bunyi klakson motor. Gw menepi, dan pengendara motor itu tersenyum lalu hentikan motor di depan gw.

"Mau bareng?" tanya Lisa. "Gw juga lewat Teluk Jam*e."

"Nggak ngerepotin nih?" kata gw memastikan.

"Enggak lah... Lo kayak sama siapa aja sih pake basa-basi. Udah tinggal naek aja."

Dan nggak butuh dua kali berpikir buat gw menyetujui niat baiknya. Maka sore itu gw pun diantar pulang oleh Lisa, temen kerja gw. Lumayan lah skali-kali ngirit ongkos. Hehehe..

Motor berhenti tepat di depan gerbang kosan. Gw turun dan bersiap mengucapkan terimakasih, sebelum Lisa juga turun dan membuka pintu lalu memarkir motornya ke dalam.

"Gw mampir ke kosan lo, boleh khan?" katanya menjawab pandangan heran gw.

"Oh, boleh kok. Enggak papa," ujar gw.

Lisa tersenyum senang.

"Gw bosen di rumah terus, skali-kali refreshing," katanya. "Kamer lo yg mana?"

"Kamer gw di atas. Paling atas."

Dan kami segera menuju lantai atas. Saat itu kosan sudah mulai ramai karena rata-rata penghuninya balik kerja jam-jam segini. Jujur aja, gw sedikit malu karena ini pertama kalinya gw "bawa" cewek ke kosan. Yah walaupun dalam konotasi yg sedikit berbeda, gw nggak enak aja membalas senyuman temen-temen yg liat gw jalan sama Lisa.

Lisa adalah cewek periang yg punya pandangan luas tentang hidupnya. Selalu berpikir kritis, dan tentu saja, dia sedikit banyak bawel. Buat gw Lisa adalah orang yg cocok sebagai partner kerja. Dia giat dan beberapa kali malah dia yg menyelesaikan job gw di kantor, tentu saja tanpa sepengetahuan bos. Hehehe.

"Capek juga ya tiap hari mesti naik tangga kayak gini," Lisa berkomentar.

Kami sampai di lantai atas. Sebagai catatan, gw nggak pernah mengunci kamar gw ketika gw pergi. Kalaupun dikunci, gw taroh di lubang fentilasi, tempat yg sudah bukan rahasia buat Indra dan Meva. Maka gw nggak begitu terkejut ketika mendapati Meva ada di dalam kamar gw sedang tiduran di kasur sambil maen gamewatch. Ekspresi yg berbeda ditunjukkan Lisa.

"Eh, lo udah balik Ri.." Meva bangun dan menatap gw dan Lisa sedikit gugup.

Gw tersenyum.

"Ini..." kata Lisa menunjuk Meva. Kelihatannya dia nggak biasa liat cewek di dalem kamer cowok.

"Oh, kenalin. Ini Meva," gw memperkenalkan. "Meva, ini Lisa.."

"Ooh...ini Lisa, yg di sms itu ya?" kata Meva, ingat sms yg dibacanya di handphone gw. "Hay.."

Meva menyodorkan tangan, mengajak salaman.

"Eh, hay.." sahut Lisa. Mengacuhkan ajakan Meva berjabat tangan.

Gw mulai merasa nggak enak di sini. Meva berusaha menutupi kekesalannya, menarik tangannya dan nyengir lebar.

"Gw udah beliin mie ayam buat lo Ri, tuh di atas galon. Piringnya juga udah gw cuciin tuh, tinggal makan aja," katanya. "Gw ke kamer dulu deh."

Lalu Meva bergegas keluar menuju kamarnya.

"Ehm, mau di sini atau ngobrol di luar aja?" kata gw ke Lisa.

"Di sini aja deh," Lisa duduk di lantai.

Gw merapikan beberapa barang yg berserakan di lantai. Nggak begitu berantakan sih sebenernya, karena Meva pasti sudah merapikannya.

"Cewek yg tadi siapa sih?" tanya Lisa.

"Meva."

"Maksud gw, dia itu siapa nya lo? Kok ada di kamer lo?"

"Seperti yg lo liat, dia penghuni kamer depan gw. Dia cuma temen kok."

"Oiya?? Dia temen yg baik yah, sampe beliin lo makan dan nyuciin piring?" kata Lisa lagi dengan nada menyindir.

"Udah biasa kok."

"Hebat! Kalo gw, gw nggak biasa tuh ada cowok tiduran di dalem kamer gw. Nggak tau deh kalo lo gimana.."

Nada bicaranya nggak enak banget. Kayaknya lebih baik nggak memperpanjang pembicaraan ini.

"Lo mau teh?" gw menawarinya.

"Boleh. Eh, ada kopi nggak? Kopi aja deh, kalo ada."

Gw mengangguk dan mempersiapkan dua gelas kecil buat gw dan Lisa.

"Sejak kapan lo kenal sama cewek itu?" tanya Lisa. Dia sepertinya masih tertarik membahas soal Meva.

"Udah lama. Sejak gw kerja di sini."

"Kalian udah deket banget ya?"

"Yah begitulah."

"Sedeket apa?"

"Emmh..ya pokoknya deket ajah. Temen gw juga bukan dia aja."

"Apa dia cewek lo?"

"Maksudnya?"

"Pacar. Apa si Meva itu pacar loe?"

Gw tertawa kecil.

"Bukan. Dia cuma temen kok."

Lisa berdiri.

"Numpang ke kamer mandi yah?" katanya.

"Oh, boleh.."

Lisa masuk ke kamar mandi, sementara gw sudah selesai dengan kopi dan teh di tangan gw.

"Sebenernya hubungan kalian tuh apa sih?" kata Lisa begitu keluar dari kamar mandi. Di kedua tangannya ada sesuatu yg seharusnya cuma ada di kamer cewek, karena itu memang punya cewek. "Ini punya dia kan?"

"Eh..mungkin tadi dia numpang nyuci di sini. Iya, pasti gitu."

Lisa menarik nafas berat.

"Oke. Kalian emang deket banget kayaknya," katanya lagi. Melempar 'punya' Meva ke kasur lalu duduk di dekat gw.

"Kami emang deket, tapi cuma sebatas temen."

"Enggak papa kok, nyantai aja. Nggak masalah."

Dia tersenyum seperti biasanya. Sempat sedikit kikuk, lalu suasana mencair kembali.

Dan akhirnya kami ngobrol-ngobrol ringan sampai sore hampir habis. Lisa pamit pulang saat matahari sudah benar-benar terbenam..



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by sesuhay, Published at 09.25.00 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar