www.novelkaskus.com Disini Saya Kumpulkan Novel Story dan Cerita-cerita dari Kaskus

Jangan Jadikan Aku Tumbal Pesugihan - 53

Jangan Jadikan Aku Tumbal Pesugihan - 53

Lastri tempo hari berhasil menyelamatkan diri dari kejaran dua preman bayaran tante amarta. Kali ini dua preman ini berhasil menemukan lastri kembali. Lastri tampak turun dari angkot hendak belanja ke pasar tradisional. Rupanya lastri tidak berani ke swalayan karena kejadian kemarin. Namun saat ini lastri tidak sadar orang-orang kemarin mengikuti nya lagi. Ia juga tidak tahu mereka adalah orang bayaran tante amarta.
Lastri berbelanja dengan tenang. Ia memasuki lapak penjualan cumi-cumi. Dari jauh dua preman itu mengintai dengan seksama.
Ketika lastri hendak pulang dan akan mencari angkot tiba-tiba dua orang tadi menghadang nya. Lastri panik, mereka adalah orang-orang yang kemarin.
"siapa kalian.. Minggir, jangan ganggu aku..?" pekik lastri.
Dua preman itu tidak menjawab malah tertawa terkekeh. Saat keduanya berniat menangkap nya, lastri langsung melempar belanjaan ditangannya kearah dua orang tadi. Selanjutnya lastri berbalik arah dan berlari. Dua preman ini tak tinggal diam. Mereka segera mengejar lastri.
Lastri berlari menyusuri perkebunan yang jauh dari perkampungan. Sayang nya orang-orang itu terus mengikuti nya. Tiba-tiba lastri jatuh terjerembab karena kakinya terantuk batang kayu. Lastri tergeletak dengan menahan sakit dikakinya. Saat itu dua orang itu sudah mendekati nya.
Mereka berhasil menangkap lastri. Lastri yang panik berteriak minta tolong. Namun sayang teriakan nya tidak berarti. Selanjutnya sebuah sapu tangan mengandung obat bius membuat ia tak sadarkan diri.
- kembali ke desa yang permai. Haris tengah sibuk dengan rutinitas nya di kantor kelurahan. Sebagai pegawai yang baik, Haris selalu melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Selaku pelayan masyarakat membantu tugas-tugas pak lurah. Haris baru saja menyelesaikan pekerjaan didepan komputer. Kemudian ia keluar ruangan nya untuk meminta air teh pada seorang OB.
Ketika ia melangkah didepan ruangan pak lurah tanpa sengaja ia mendengar obrolan pak lurah dengan salah satu staf nya. Haris tadinya tidak begitu memperhatikan. Namun ia merasa pembicaraan dibalik pintu tertutup itu patut ia ketahui.
"kampung yang berada diujung wilayah kelurahan kita sedang dilanda persoalan rumit. Kata seorang warga disana. Ada teror siluman kelelawar yang meminta darah manusia. Saya tadinya tidak percaya karena di zaman semaju ini hal-hal takhayul sudah jarang terjadi. Namun ketika saya menjumpai keluarga korban. Saya baru mulai mempercayai nya. Sungguh aneh, sudah sepuluh nyawa melayang.korbannya adalah para gadis. Mereka tewas dengan darah habis dihisap oleh siluman sejenis vampir itu..." kata pak lurah berumur empat puluh tahun itu.
Haris terjengah. Batinnya tergugah untuk menelusuri kebenaran berita itu. Jika benar, maka Haris merasa berkewajiban untuk mencegah dan mengatasinya.
- Lastri tersadar dari pingsan nya. Ketika ia sadar, ia telah berada disebuah kursi. Dihadapan nya terletak sebuah meja dengan beberapa lembaran surat yang tidak ia mengerti. Ia terkejut ketika melihat Tante Amarta, cindy dan dua orang preman yang menangkap nya berdiri dihadapan nya dengan tatapan tajam.
"Tante Amarta, ada apa ini..? Tanya lastri.
"sudah, jangan banyak tanya. Cepat tandatangani surat pengalihan warisan itu kepada ku. Setelah itu kamu boleh bebas dan pergi.." bentak Amarta.
Lastri sekilas membaca lembaran kertas putih dihadapan nya.
"tidak.. Aku tidak ikhlas harta mas yuda dimiliki oleh orang-orang berhati iblis seperti tante.." jawab lastri.
Tante amarta murka. Cindy maju dan menampar lastri.
"Apa kamu sudah tidak sayang nyawa mu, hah.."
bentak cindy.
"lebih baik saya mati cindy, daripada membantu kejahatan kalian"
lastri tidak gentar sedikit pun. Tante amarta mencari akal.
"Apa perlu bi minah, pembantu peot itu aku habisi saja.." kata amarta.
Lastri terbelalak. Amarta tertawa pongah.
"jangan tante...!" pinta lastri.
"makanya cepat tanda tangan..." gertak amarta sambil menjambak rambut lastri.
Cindy memberi sebatang pulpen. Dengan ragu lastri menerima nya. Lastri akhirnya memutuskan untuk tanda tangan daripada nyawa bi minah menjadi korban orang-orang kejam itu.
Ketika tangannya siap menggoreskan tinta tiba-tiba mereka dikejutkan oleh pintu yang didobrak seseorang. Tampak empat polisi dan notaris masuk. Para polisi menodongkan pistolnya pada amarta dan yang lainnya.
"angkat tangan semua. Jangan bergerak....!" seru seorang polisi dengan tegas.
Semua terkejut. Amarta, cindy dan preman panik bukan main. Mereka segera mengikuti perintah penegak hukum itu. Lalu para polisi menghambur. Mereka segera menangkap dan memborgol amarta, cindy dan dua preman itu. Amarta dan cindy memberontak ketakutan. Lastri tampak lega. Sang notaris menghampirinya.
"saya melaporkan mereka, karena saya melihat gelagat tidak baik. Ibu baik-baik saja..." tanya notaris.
"Alhamdulillah saya baik-baik saja. Terima kasih pak.."
polisi segera membawa amarta dan rombongannya ke kantor polisi. Amarta menjerit memberontak. Namun para polisi tidak menghiraukan nya.
- sang notaris kemudian menyerahkan semua surat wasiat warisan pada lastri.
"saya tidak ingin semua warisan ini pak. Saya memutuskan untuk menyerahkan semua warisan ini pada yayasan pak. Saya ingin hidup tenang. Setidaknya banyak orang diluar sana yang membutuhkan nya..." kata lastri.
Sang notaris bingung.
"baiklah bu.. Jika itu menjadi keputusan ibu. Saya akan membantu ibu menyalurkan nya pada yayasan.."
lastri tersenyum bahagia.
---------------------Bersambung-----------------------
[Baca Part Sebelumnya - Selanjutnya - atau Baca List Part untuk melihat List Artikel agar memahami isi cerita..]



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by sesuhay, Published at 04.01.00 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar