www.novelkaskus.com Disini Saya Kumpulkan Novel Story dan Cerita-cerita dari Kaskus

Jangan Jadikan Aku Tumbal Pesugihan - 57

Jangan Jadikan Aku Tumbal Pesugihan - 57

Bagas segera mengajak Lastri keruangan Dian dirawat. Tampak bocah manis itu terbaring lemah dengan mata terpejam. Lastri mendekati nya. Ia meraba kening Dian. Terasa panas badan anak itu. Untungnya, segera dibawa ke rumah sakit. jadi Dian segera diberi pelayanan yang cepat.
"mama....." kata Dian mengigau.
Bagas dan lastri terharu melihatnya. Rupanya, Dian kangen mamanya. Tangan lastri membelai rambut bocah itu. Tiba-tiba tangan mungil bocah itu meraih tangan lastri.
"mama.. Ini mama kan... Cuma mama yang biasa membelai dian begini..." kata Dian lagi sambil terpejam.
Bagas tak tahan melihat kondisi mental putrinya. Kedua matanya berkaca-kaca. Sedangkan lastri membiarkan Dian menggenggam tangannya. Lastri begitu iba pada gadis kecil itu.
"tenang sayang... Mama pasti akan menemani mu. Kamu harus sembuh ya..."
cuma itu kata-kata yang dapat diucapkan Lastri. Bagas terkesima dengan apa yang dilakukannya.
- suasana malam begitu mencekam. Udara dingin dan kabut tebal menutupi bumi. Haris menangkap ada sesuatu yang ganjil pada malam ini. Pemuda ini keluar dari kamar. Ia selama ini tinggal dirumah pak Hasan. Pemuda ini akan mengontrol keadaan kampung. Pak Hasan terlihat cemas. Haris menyakinkan semua akan baik-baik saja. Kemudian ia keluar rumah seorang diri.
Haris berjalan menyusuri kampung yang gelap itu. Ia mempersiapkan diri jika tiba-tiba ada sesuatu yang membahayakan. Benar saja, dari jauh ia mendengar suara benda terbang dengan desis menyeram. Tak berapa lama datang sebuah bayangan besar diudara terbang begitu cepat nya hingga menimbulkan deru angin kencang. Bayangan hitam itu menyambar kepala haris. Dengan sigap Haris mengelak ke samping kanan. Ketika ia menoleh ke belakang bayangan itu sudah hampir mencabik wajah nya. Haris bersalto ke samping. Selanjutnya Haris melompat ke udara. Ia menghadang bayangan itu. Kemudian ia berhasil menangkap leher bayangan hitam itu. Barulah Haris tahu, bayangan itu adalah kelelawar raksasa sebesar manusia. Bermata merah, bertaring tajam dan bersuara seram.
Ketika Haris berhasil menapakan kaki nya ketanah. Bayangan itu berubah menjadi sosok manusia.ia berwujud pria setengah baya, dengan sorot mata tajam.
"siapakah kamu sebenarnya.." kata Haris lantang.
Pria tua itu tak menjawab. Ia justru mengulurkan tangan untuk meninju wajah Haris. Haris menangkis dengan tangan kanannya. Haris melepas cengkeraman tangan kirinya dileher orang itu. Kemudian pria misterius itu melayang keudara dan berubah kembali menjadi kelelawar. Ia menyerang haris dengan gigi tajam siap mengigit leher Haris dan menghisap darahnya.
Haris kemudian menyambutnya dengan ilmu beladiri dan kanuragan nya. Terjadi lah pertarungan sengit. Haris berhasil menghantam makhluk jadi - jadian itu dengan sebuah pukulan telak ke dadanya. Makhluk itu terpental. Haris tak memberi nya kesempatan. Ia melancarkan pukulan sinar biru terang. Pukulan itu menghantam telak tubuh makhluk itu. Makhluk itu terpekik keras. Tubuhnya terbanting ke tanah. Haris kemudian berjalan mendekati nya. Pria itu ketakutan. Ia terlihat terluka parah. Dengan bersusah payah bangkit. Lalu ia melayang ke udara dan terbang dengan cepat. Haris memandang arah perginya makhluk itu.
"dengan pukulan Aji pelumpuh mustahil ia dapat bertahan..." gumam Haris.
Haris memutuskan tidak mengejar nya. Ia yakin pukulan nya tadi dapat membuat siluman kelelawar tadi jera.
- Lastri termenung didalam kesendirian nya. Menatap kosong menerawang jauh. Batinnya bergemuruh. Ia memandang barisan pepohonan yang berderet rapi di sebuah bukit. Tiba-tiba sebuah suara membuyarkan lamunan nya.
"Mbak.. Maafkan saya mbak, sudah membawamu pada permasalahan dikeluarga saya. Terutama Dian yang merindukan mamanya. Ia secara spontan menganggap engkau mamanya..."
lastri menghela nafas dan memandang Bagas.
"tidak apa-apa mas. Saya bahagia jika dapat membuat Dian tenang dan bahagia. Namun saya tak kuat melihat nya menderita seperti itu..."
Bagas bagai tersiram embun mendengar nya.
"mbak.. Bolehkah saya meminta sebuah permintaan...?"
"apakah itu mas...?" tanya Lastri.
"maukah mbak menjadi mamanya Dian...?"
Lastri terperanjat mendengar pertanyaan itu.
"maafkan saya mas. Saya belum bisa menjawab.."
Lastri berlari meninggalkan Bagas. Ia tak kuasa membendung kepahitan hatinya.
"maafkan aku mas Bagas. Aku belum bisa melupakan Mas Yuda. Cobaan ini terlalu berat bagiku...." isak lastri dalam hati.
- Lastri merenung dikamar nya. Ia larut dalam pergolakan batin. Antara rasa simpati nya pada Dian dan kesetiaan nya pada Almarhum Yuda. Lastri meminta pendapat pada bi Minah.
"kalau menurut bibi, nyonya bisa menjadi ibunya Dian tanpa harus menikah dengan mas Bagas. Bibi paham nyonya sangat setia pada Den yuda. Namun kurasa Den yuda akan bersedih jika nyonya masih terus meratapi kepergian nya."
lastri menghayati pendapat bi minah.
"lalu bagaimana baiknya bi..?" tanya Lastri.
"maafkan sebelumnya nyah.. Menurut bibi, nyonya bisa menyayangi Dian. Soal mas Bagas biarlah nyonya hanya bersahabat saja.."
---------------------Bersambung-----------------------
[Baca Part Sebelumnya - Selanjutnya - atau Baca List Part untuk melihat List Artikel agar memahami isi cerita..]



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by sesuhay, Published at 15.55.00 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar