www.novelkaskus.com Disini Saya Kumpulkan Novel Story dan Cerita-cerita dari Kaskus

Jangan Jadikan Aku Tumbal Pesugihan - 72

Jangan Jadikan Aku Tumbal Pesugihan - 72

Fani yang tergeletak dilantai menyepak kaki Risma. Risma terjatuh ke lantai. Fani meraih guling dan memukul Risma berulang-ulang. Risma menangkap guling itu. Kemudian mengambil parfum dimeja rias. Risma menyemprot mata fani dengan parfum beralkohol tinggi itu. Fani menjerit karena matanya perih. Fani merasa pusing. Tak berapa lama tubuhnya ambruk dan pingsan. Risma memandang nya dengan nafas terengah-engah.
- Monalisa telah keluar dengan hati-hati dari rumah sakit. Ia mengawasi keadaan sekelilingnya. Dengan tubuh yang masih lemah dan sakit ia melangkah dipelataran parkir. Tiba-tiba ia terkejut. Didepan sana, ditepi jalan tampak pria bertopeng yang menganiaya nya tempo hari. Monalisa gemetar. Untungnya, orang itu tidak melihatnya.
Monalisa kemudian membuka pintu mobil yang ada disamping nya. Monalisa bersembunyi didalamnya. Orang itu berjalan mendekat. Monalisa ketakutan karena orang itu berdiri tepat disisi mobil tempat persembunyian nya. Monalisa segera menundukkan kepalanya.
- monalisa melihat orang itu sedang mencari nya. Tak berapa lama datang seorang pria dari dalam rumah sakit. Ia adalah pemilik mobil itu. Monalisa yang berada di jok belakang mobil tersebut menarik nafas lega. Kemudian pria pemilik mobil itu membuka pintu mobilnya. Ia segera menyalakan mobilnya dan mengemudikan nya dengan cepat. Ketika mobil itu sudah lumayan jauh barulah Monalisa berani mengangkat tubuhnya. Sang pengemudi terkejut bukan main melihat ada seseorang di belakang nya. Ia segera menghentikan mobilnya dengan segera.
"Siapa kamu. Kenapa ada dimobilku. Kamu maling ya..." pekik pria itu.
Monalisa gugup.
"bukan. Saya bukan maling. Saya perempuan baik-baik. Saya bersembunyi dimobilmu karena ada seseorang yang mengejar saya...." kata Monalisa.
Pria itu menatap wajah Monalisa. Ia baru tahu jika perempuan dibelakang joknya sangat cantik walau tampak kumal.
"nanti ku jelaskan. Sekarang bawa aku menjauh dari rumah sakit itu..." pinta Monalisa.
Pria berumur sekitar duapuluh delapan tahun itu pun menurut. Ia segera menjalankan mobilnya kembali.
- matahari bersinar cerah dipagi ini. Memberi semangat setiap manusia menjalani kehidupan nya. Lastri tampak telah berkutat dengan kesibukan nya di restoran nya. Ia benar-benar mencintai profesi nya itu.
Menjelang siang, Bagas datang ke Restoran nya. Lastri menjadi salah tingkah menghadapi nya.
"Ada keperluan apa datang kemari mas. Maaf saya sedang sibuk. Jadi saya tidak punya waktu banyak..." kata Lastri tanpa memandang wajah pria dihadapan nya.
"mbak. Saya mengerti mbak tidak mau bicara dengan saya. Tapi ku mohon beri saya sedikit waktu untuk berbicara dengan mu..." kata Bagas memelas.
"Baiklah...." kata Lastri setelah berpikir sejenak.
Lastri dan Bagas kemudian berbicara ditempat yang lebih tepat. Keduanya berada di taman yang sejuk.
"aku mohon maaf untuk yang terakhir kali nya. Mungkin setelah ini aku tak akan menganggu hidup mbak lagi. Maafkan ibuku dan Clara yang sudah berkata kasar padamu..."
"mas.. Ibumu tidak salah. Aku yang salah. Kenapa aku mesti menjadi ibunya Dian. Padahal aku bukan istri mu. Apalagi Clara, ia telah menuduhku menjadi penghalang hubungan kalian. Itu wajar, karena ia kuatir anak yang dikandung nya tidak memiliki ayah. Jika engkau melirik wanita lain..." kata Lastri.
Bagas terkejut. Ia tak menyangka Lastri tahu jika Clara sedang mengandung anaknya.
"Lastri... Ketahuilah. Aku tidak mencintai Clara. Clara menjebak ku hingga akhirnya kami melakukan perbuatan terlarang itu..."
"mas... Aku tak mau tahu tentang apapun alasan mu. Pintaku lupakan aku. Belajar lah menerima Clara. Mudah-mudahan dia bisa memperbaiki sikap nya..." kata Lastri.
Kemudian Lastri meninggalkan Bagas yang berdiri mematung. Lastri meneteskan airmata. Sebenarnya ia tak tega melukai hati pria itu.
- Sudah beberapa hari Monica terbaring koma. Para dokter terlihat penasaran dan bingung melihat keadaan pasien nya yang mengalami kondisi langka seperti itu. Orang tua Monica kini jauh lebih tegar. Mereka dengan sabar menunggui putri nya. Mereka yakin mukjizat itu akan segera tiba. Ketika kedua orang tua Monica tampak merenung memikirkan putri tunggal nya tersebut. Tak disangka Aditya datang bersama seorang lelaki tua berpakaian sufi. Aditya segera menyalami kedua mertuanya.
"maafkan saya Ma... pa... Aditya baru bisa kembali dan tidak bisa menemani istri ku dirumah sakit. Saya mencoba mencari penyembuhan untuk Monica...." kata Aditya.
Kedua mertua Aditya tampak gembira.
"lakukan sesuatu nak untuk kesembuhan Monica. Apakah engkau sudah mendapatkan obat nya..." tanya Pak Santoso.
---------------------Bersambung-----------------------
[Baca Part Sebelumnya - Selanjutnya - atau Baca List Part untuk melihat List Artikel agar memahami isi cerita..]



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by sesuhay, Published at 05.56.00 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar