www.novelkaskus.com Disini Saya Kumpulkan Novel Story dan Cerita-cerita dari Kaskus

Jangan Jadikan Aku Tumbal Pesugihan - 81

Jangan Jadikan Aku Tumbal Pesugihan - 81

Hanif terlibat masih mengantuk dan lesu ketika ia masuk kantor. Aditya yang memperhatikan perubahan pada sahabat nya itu berusaha untuk mencari tahu.
"Ada apa Hanif, kok mukamu terlihat kusut sekali. Tidak seperti biasanya..." tanya Aditya.
Hanif menatap Aditya dengan lesu.
"aku prihatin dengan Monalisa. Belakangan ini ada seseorang yang meneror nya. Aku penasaran siapakah orang yang berniat jahat kepadanya..." kata Hanif.
Aditya semakin serius mendengar penuturan sahabat nya itu.
"Apakah Monalisa Pernah bermasalah dengan seseorang. Setidaknya mungkin ada seseorang yang tidak menyukai Monalisa dengan sebuah alasan...." kata Aditya.
Hanif terdiam. Fikiran nya berkelana menyusun berbagai analisa.
"Nif... Nanti masalah ini kita pecahkan bersama. Sekarang mari kita selesaikan tugas kita dahulu..." kata Aditya lagi.
Hanif mengamini. Lalu keduanya bergegas masuk diruang masing-masing dikantor Aditya tersebut.
- Menjelang sore Hanif dan Aditya tampak keluar kantor untuk pulang ke rumah. Hanif seperti biasanya ikut menumpang mobil Aditya. Sore ini Aditya berniat turut ke rumah sakit. Aditya ingin tahu perkembangan Monalisa yang masih dirawat dirumah sakit.
- keributan keduanya tiba dipelataran parkir tanpa diduga datang sebuah mobil berhenti disamping mobil Aditya. Pengemudi mobil mewah itu turun. Ternyata ia adalah Risma. Risma tampak berseri-seri menghampiri keduanya. Hanif dan Aditya memandang perempuan cantik itu dengan heran.
"Hai mas Hanif... Kamu mau pulang khan. Bagaimana kalau pulang bersama ku..." Sapa Risma.
Hanif terlihat bingung. Jujur ia tak mengharapkan kedatangan Risma. Sedang Aditya cuma tersenyum saja melihat keduanya.
"aku tidak pulang kerumah Ris... Aku mau ke rumah sakit. Biarlah aku dengan Aditya..." kata Hanif.
"Aku juga mau kerumah sakit mas. Mau menengok kak Monalisa..."
Risma tersenyum manis. Hanif semakin bingung.
"Sudahlah Nif... Ikut dia saja. Aku nggak apa-apa sendirian. Lagian kita kan sama-sama mau kerumah sakit..." kata Aditya menengahi.
Hanif akhirnya menyetujui. Ia segera masuk ke mobil Risma. Risma terlihat sangat gembira. Sedangkan Aditya tersenyum sendiri melihat mereka. Lalu ia segera menaiki mobilnya. Kemudian mereka segera bergerak ke rumah sakit.
- Risma mengemudikan mobilnya. Ia merasa senang bisa bersama lelaki pujaan nya.
"mas kenapa engkau begitu memperhatikan kak Monalisa. Sedangkan kepada ku engkau tak sedikitpun memperdulikan ku..." tanya Risma.
"aku perhatian pada kalian berdua. Hanya Monalisa adalah orang yang aku cintai. Sudah seharusnya aku memperhatikan nya..."
Risma terlihat dongkol.
"jadi hanya karena itu. Mas tahu aku pun punya persoalan tapi mas tak juga ada untukku..." kata Risma.
Hanif heran dengan arah pembicaraan Risma.
"bukankah engkau sudah bersama Tomy. Tomy adalah suamimu. Dia lah yang lebih berkewajiban memperhatikan mu..." kata Hanif.
Rupanya Hanif tidak tahu apa yang terjadi antara Tomy dan Risma saat ini.
"apa yang bisa ku harapkan dari Tomy. Dia selalu menyakitiku. Dia selingkuh dengan wanita cantik didepan mataku. Aku tak tahu pada siapa aku mengadu. Hanya kamu mas, yang bisa menenangkan hatiku. Tapi perhatian mu hanya untuk kak monalisa..." kata Risma emosional.
Risma sengaja berbohong. Ia mengarang cerita dramatis agar Hanif simpati kepadanya. Risma menepikan mobilnya dan berhenti. Ia terlihat depresi. Ia menangis sesenggukan. Hanif bingung mau berbuat apa. Lalu ia membelai rambut Risma agar tenang. Risma hanyut dalam perasaan. Ia sandarkan kepala nya didada pria pujaan nya itu.
- Lastri merasa betah berada di Bali. Ia juga nyaman mengenal Sandi, sang pemandu wisata. Dimatanya, Sandi adalah pria yang baik, asyik diajak ngobrol dan sangat sopan kepadanya.
- Lastri siang ini terlihat berjalan sendiri disebuah deretan toko menjual souvenir khas Bali yang begitu antik dan bernilai tinggi. Ia sengaja tak mengajak Sandi karena ia sudah paham jalan pulang menuju Hotel.
Ketika ia tengah asyik memilih beberapa barang. Lastri melihat seorang ibu yang tengah kerepotan membawa belanjaan nya. Lastri iba melihat ibu itu yang berjalan seorang diri.
"Bu tampak nya Ibu kesulitan membawa barang-barang ibu. Bagaimana kalau saya membantu ibu..." kata Lastri.
Ibu itu berhenti. Ia menatap Lastri lekat - lekat. Sang ibu terlihat kagum pada kecantikan dan ketulusan hati perempuan muda dihadapan nya.
"kamu baik sekali nak. Kamu tampaknya bukan orang Bali..." kata Ibu itu.
Lastri tersenyum manis.
"benar bu. Saya bukan orang daerah Bali. Saya dari jakarta. Saya sedang berlibur. Tenang saja bu saya cuma ingin membantu ibu. Karena menolong sesama adalah kebahagiaan saya..." kata Lastri.
Sang ibu menyambut dengan senyum manis.
"ibu percaya. Mari nak ikut kerumah ibu..." kata ibu itu.
Lastri mengambil alih barang-barang ditangan sang ibu. Lalu keduanya melangkah bersama menuju sebuah jalan desa.
- tak berapa lama keduanya sampai disebuah rumah sederhana namun sangat rapi dan asri. Sang ibu mempersilakan Lastri masuk. Lastri kemudian duduk diruang tamu sedang ibu beranjak ke dapur. Kemudian ibu itu muncul kembali membawa segelas teh.
"minumlah nak..."
"terima kasih bu..."
kemudian Lastri segera minum.
"rumah ibu terlihat sepi. Dimana suami atau anak ibu..." tanya Lastri.
Sang ibu tampak termenung sesaat. Ia menghela nafas panjang.
"suami ibu sudah lama meninggal. Ibu punya seorang anak gadis seumuran mu. Namanya Widuri. Tapi sayang ia kurang peduli pada ibu..."
---------------------Bersambung-----------------------
[Baca Part Sebelumnya - Selanjutnya - atau Baca List Part untuk melihat List Artikel agar memahami isi cerita..]



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by sesuhay, Published at 05.50.00 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar