www.novelkaskus.com Disini Saya Kumpulkan Novel Story dan Cerita-cerita dari Kaskus

Sepasang Kaos Kaki Hitam #Part 43

Sepasang Kaos Kaki Hitam #Part 43



















Part 43

 

Well, ngga ada sedikitpun yg berubah dari gw dan Meva. Hanya saja, sekarang gw sedikit lebih perasa. Gw bisa merasakannya, ada semacam keterikatan antara kami berdua. Tapi gw nggak terlalu ambil pusing. Gw biarkan semua berjalan apa adanya tanpa ada satu dari kami yg memaksakan ego. Biar sajalah.

"Ciiieeee.... Lisa!!" suara keras Meva membuat gw terlompat mundur dari pintu kamar.

"Ngagetin aja!" gw balas berteriak. Nasi bungkus di tangan gw nyaris terjatuh saking kagetnya. "Apa-apaan sih teriak-teriak nggak jelas?"

"Suiit..suiiit.... Ehem!"

Gw mengacuhkannya. Dia lagi gila kali, kata gw dalam hati. Gw masuk dan ambil piring, bersiap menyantap mie ayam favorit gw.

"Pantesan akhir-akhir ini lo keliatan girang banget," lanjut Meva.

"Maksudnya?" tanya gw acuh.

"Lisa!" dia berteriak lagi. "Dia pacar baru lo kan??"

Gw tersedak begitu mendengar ucapannya. Dan seperti gw duga, Meva menggenggam handphone gw.

"Dia bukan pacar gw," kata gw protes. "Cuma rekan kerja di kantor."

"Oh ya? Kok sms nya mesra amat yak? Dan di inbox lo juga cuma ada pesan dari Lisa."

Gw mulai merasa nggak nyaman ngomongin ini.

"Ngga sopan lo baca sms orang lain," gw kesal.

"Lo bukan orang lain buat gw, jadi gw sah-sah aja baca sms lo?."

"Oh ya? Berarti gw juga sah aja donk ngelakuin apapun ke loe?? Yah misalnya apa yaa..."

"Enggak! Itu beda!"

"Beda di mana nya??"

"Pokoknya sama. Lo mau menang sendiri nih."

"Beda..beda..beda!!"

Gw tertawa pelan.

"Oke, kembali ke topik pembicaraan," ujar Meva. "Udah berapa lama lo jadian sama cewek bernama Lisa?"

"Udah gw bilang kan...dia itu temen kerja doank. Nggak lebih! Lo jangan sembarangan ngegosip." gw masih asyik dengan mie di mulut gw.

"Kalo gitu, berarti Lisa suka sama lo."

"Darimana lo tau? Ketemu aja nggak pernah."

"Gw tau dari cara dia ngomong di sms loe. Mana ada sih cewek yg perhatian banget sama cowok, tanpa dia nggak suka sama tuh cowok? Gw cewek Ri, gw tau itu."

"Tapi lo juga perhatian sama gw," kata gw. "Berarti lo suka sama gw?"

Meva diam sejenak, lalu meledaklah tawanya. Gw cuma mencibir.

"Punya selotip?" tanya Meva. Dia nampak mengalihkan pembicaraan.

"Di laci lemari baju," jawab gw singkat.

Meva berjalan ke lemari, meninggalkan handphone gw di lantai. Gw ambil dan segera gw hapus semua pesan di inbox gw.

Lisa memang rekan kerja di kantor, dan gw jamin nggak lebih dari itu. Dia termasuk karyawan senior, satu tahun lebih awal bekerja di sana. Tadinya dia di HRD, kemudian sejak ganti tahun dia dimutasi ke Divisi Machining tempat gw selama ini. Jadilah kami saling kenal dan ketemu tiap hari. Namanya juga temen kerja, sering ngobrol di kantor pas jam kerja atau sms an sepulang kerja, gw rasa itu normal-normal aja ah. Nggak ada yg lebih dari itu. Gw anggap perhatiannya ke gw sebatas teman. That's all.

Meva duduk di sebelah gw.

"Kenapa diapusin semua?" dia mengintip layar handphone gw.

"Pengen aja," jawab gw.

"Gimana sih rasanya pacaran?" kata Meva lagi. Dia sedang mencari ujung selotip hitam di tangannya. "Gw belum pernah sekalipun pacaran soalnya."

"Bohong."

"Serius. Mana gw sempet pacaran, kalo semua cowok aja pada ngejauhin gw?"

"Nggak semua."

"Iya, kecuali loe. Terus, gimana rasanya? Pasti seneng ya punya pacar?" dia sudah menemukan ujung selotip, menariknya sedikit lalu mengguntingnya.

"Pertanyaan bodoh," kata gw dalam hati. Kalo diliat dari fisik, gw yakin nggak ada yg percaya kalo Meva ternyata nggak pernah pacaran. Dia cantik! (gw semangat banget ngomong ini)

"Sebenernya biasa aja sih, nggak ada sensasi khusus," kata gw.

"Masa? Lo pasti pernah ngelakuinnya kan?"

"Ngelakuin apa maksud lo?"

Meva meletakkan telunjuknya tepat di bibirnya.

"Kissing," lanjut dia. "Pasti lo pernah kan?? Jujur aja."

Gw tertawa kecil.

"Iya gw pernah," kata gw sedikit malu.

"Terus terus terus, gimana rasanya?? Kalo gw ngebayanginnya, kayaknya iiiih.....agak gimana gitu."

"Lo mau tau rasanya ciuman? Sini," gw tarik kepalanya biar mendekat ke gw.

Dan...

Plakk!

Meva menampar pipi kanan gw.

"Udah pernah gw bilang kan?? Jangan bikin gw kaget!!!" teriaknya. "Gw cuma mau tau aja, bukan praktek!"

"Becanda Va...gw becanda tadi!" kata gw kesal. Ini ke empat kalinya gw kena tampar Meva.

"Iya, tapi gw kaget! Makanya gw refleks nampar lo!"

"Nggak asyik ah."

Meva masih cemberut. Dia mengeluarkan sesuatu, seperti kalung, dari saku celananya. Menaruhnya melingkar di lantai, lalu menempelkan selotip hitam di bagian yg nggak tersambung.

"Lagi diapain tuh?" tanya gw.

"Ini kalung salib dari nenek gw."

Gw ingat. Itu memang kalung yg biasa dipakainya.

"Patah nih, mau gw sambung." Meva selesai merekatkan selotip di talinya.

"Kok bisa sih putus gitu?"

"Tadi ngga sengaja nyangkol di tas waktu di kampus."

Meva merentangkan kalungnya lalu mengenakannya di leher. Meva tersenyum manis.

"Gw cantik nggak Ri?" tiba-tiba dia bertanya.

Sejenak gw diam.

"Banget," kata gw.

Meva tersenyum lagi lalu beranjak keluar. Selama beberapa saat, wanginya masih tertinggal. Wangi yg khas.......



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by sesuhay, Published at 09.19.00 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar